Banyak perokok cenderung menyalakan rokok setelah makan. Namun ternyata merokok setelah makan bukan sekedar kebiasaan, budaya, atau pilihan; ada juga faktor neurobiologis dan psikologis yang mempengaruhi perilaku tersebut.
Banyak perokok cenderung menyalakan rokok setelah makan. Namun ternyata merokok setelah makan bukan sekedar kebiasaan, budaya, atau pilihan; ada juga faktor neurobiologis dan psikologis yang mempengaruhi perilaku tersebut.
Dorongan untuk merokok setelah makan bukan sekedar kebetulan, melainkan kebiasaan yang terbentuk di otak, dan ilmu di baliknya cukup menarik. Untuk memahami masalah ini, penting untuk mengetahui bagaimana nikotin dan makanan mempengaruhi otak dan bagaimana mereka mempengaruhi keinginan tertentu, seperti merokok setelah makan.
Faktor Neurobiologis
Mengutip Times of India, keinginan merokok setelah makan terkait erat dengan respons otak terhadap makanan dan nikotin. Saat seseorang mengonsumsi makanan, terutama yang tinggi lemak dan gula, terjadi peningkatan pelepasan dopamin, yaitu neurotransmitter yang meningkatkan perasaan senang dan puas. Hal ini serupa dengan pelepasan dopamin yang dipicu oleh kebiasaan merokok.
Selain itu, nikotin dari rokok berinteraksi dengan reseptor asetilkolin nikotinik di otak, yang lebih reseptif setelah makan, sehingga memperkuat sensasi menyenangkan dari kebiasaan merokok. Proses pencernaan juga berperan dengan memengaruhi metabolisme tubuh dan berpotensi meningkatkan efek nikotin.
Faktor Psikologis dan Perilaku
Perasaan ingin merokok setelah makan sering kali merupakan respons yang dipelajari.oleh otak. Kebanyakan perokok membentuk kebiasaan ini berdasarkan rumus di kepalanya bahwa ketika makan diikuti dengan merokok dan terjadi penguatan terus-menerus sehingga menjadi rutinitas. Pola-pola ini juga dapat ditingkatkan oleh sosialisasi dan budaya, menjadikan merokok sebagai norma dalam aktivitas pascamakan baik secara individu maupun sosial.
Rutinitas Penghargaan Otak
Menurut Tehseen Siddiqui, Kepala Ahli Gizi, Rumah Sakit Saifee, Mumbai, India, setiap kali makan, otak menerima sedikit penghargaan melalui dopamin. Ini adalah zat kimia yang membuat Anda merasa senang, merasa benar-benar puas dan bahagia. Ketika Anda menambahkan sebatang rokok ke dalam aktivitas tersebut, berarti bukan hanya makanan yang dikaitkan dengan dopamin tetapi juga nikotin memberikan dorongan lebih besar, sehingga menambah penghargaan bagi otak.
“Otak tersebut menyukai kombinasi ini dan mulai menghubungkan makan dengan merokok. Sebelum Anda menyadarinya, otak Anda mengembangkan pemikiran, "Makan + rokok = kebahagiaan," dan menjadi otomatis,” katanya.
Namun, ini bukan hanya kebiasaan tetapi juga menjadi rutinitas. Otak berkembang dengan pengulangan, dan jika selalu merokok setelah makan, maka itu adalah sesuatu yang Anda harapkan. Setiap kali duduk untuk makan, otak mulai bersiap untuk merokok setelahnya. Ini seperti aturan tak tertulis di otak yang semakin sulit dilanggar apalagi jika semakin sering Anda melakukannya.
Dengan memahami hubungan otak dengan kebiasaan merokok setelah makan, bisa menjadi langkah pertama untuk memutus siklus itu. Begitu tahu apa yang sebenarnya terjadi di otak, maka Anda dapat mulai mengubah kebiasaan tersebut.
Strategi Mengelola Keinginan Merokok setelah Makan
Dr. Aradhana Chauhan, Ahli Saraf, Rumah Sakit Super Spesialis Sahyadri, Deccan Gymkhana, Pune, India memaparkan, beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi keinginan merokok. Ini akan membantu pecandu memandang keinginan merokok sebagai sesuatu yang akan berlalu dan bukan sesuatu yang memerlukan tindakan.
Penggantian perilaku seperti berjalan kaki sebentar, minum air putih, atau menggunakan pengganti oral bebas nikotin seperti permen karet atau pelega tenggorokan juga dapat memutus lingkaran kebiasaan merokok. Selain itu, konseling atau pengobatan dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam mengatasi kebiasaan merokok setelah makan yang sudah mengakar.
Keinginan untuk merokok setelah makan tentu saja dapat ditelusuri terhadap beberapa mekanisme neurobiologis atau perilaku. Kombinasi variabel-variabel ini terbukti bermanfaat dalam membantu orang mengendalikan keinginan dan bahkan membantu mereka berhenti merokok.
Tips Berhenti Merokok
Keinginan berhenti merokok harus didasarkan pada apa motivasi Anda? Kesehatan yang lebih baik? Menghemat uang? Membuat anak-anak Anda terkesan? Apa pun itu, pertahankan alasan tersebut saat keinginan itu muncul.
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan
1. Variasikan Pola Makan: Jangan makan pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini dilakukan untuk memutus pola yang telah dibuat otak tentang mengaitkan waktu makan dengan merokok.
2. Ciptakan Alternatif Baru Setelah Makan: Daripada merokok, berjalan-jalanlah, minum teh herbal, atau lakukan sesuatu yang menenangkan yang akan mengalihkan perhatian Anda.
3. Makan dengan Penuh Perhatian: Fokuslah untuk menikmati setiap gigitan. Begitu memperlambat dan menikmati rasanya, otak akan mendapatkan semua yang dibutuhkannya dari makanan itu sendiri, sehingga keinginan untuk merokok tidak terlalu menggoda.
4. Putuskan Hubungan: Jika Anda biasa merokok dengan kopi, cobalah beralih ke teh. Mengubah pola dapat mengalihkan otak dari jalurnya dan melemahkan keinginan.
Mungkin butuh waktu untuk menghentikan kebiasaan tersebut. Tetapi yang penting dicatat adalah bahwa kebiasaan otak dapat dibentuk kembali dan, dengan sedikit kesabaran, dapat mengendalikannya serta mengucapkan selamat tinggal pada keinginan merokok setelah makan.
Baik faktor neurobiologis maupun perilaku memengaruhi keinginan merokok setelah makan secara signifikan. Pendekatan komprehensif yang menangani faktor-faktor ini dapat efektif dalam membantu individu mengelola keinginan merokok dan berpotensi berhenti merokok.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.