Ahli Gizi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta Fitri Hudayani SST, M.Gz, membantah anggapan keliru bahwa mengonsumsi daging kambing dapat dengan cepat meningkatkan risiko hipertensi.
“Daging kambing masuk ke dalam kelompok lauk hewani dengan lemak sedang, sehingga sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan,” kata Fitri Hudayani dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (18/6/2024).
Menanggapi kesalahpahaman tersebut, Fitri menjelaskan bahwa daging kambing sebenarnya memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Sebagai sumber protein hewani, 40 gram atau setara dengan sepotong daging kambing ukuran sedang mengandung energi 75 Kkal, protein 7 gram, dan lemak 5 gram.
Yang dapat meningkatkan risiko hipertensi . Menurut Fitri, hal tersebut disebabkan penggunaan bumbu berkadar natrium tinggi pada masakan daging kambing.
“Penambahan bumbu seperti garam dapur, kecap, atau bumbu penyedap dalam jumlah banyak dapat meningkatkan risiko hipertensi,” jelasnya.
Daging kambing juga tidak meningkatkan kadar kolesterol dalam darah jika dikonsumsi dalam batas wajar dan tanpa lemak.
“Konsumsinya harus dibatasi dengan bijak,” kata Fitri. Ia menekankan pentingnya mengonsumsi daging kambing dalam kondisi bersih dan tanpa lemak untuk mencegah peningkatan kolesterol.
Fitri juga membantah mitos bahwa daging kambing tidak boleh dicuci sebelum dimasak. Menurutnya, mencuci daging sangat penting untuk menghindari kontaminasi silang bakteri.
“Terjadinya kontaminasi silang juga dapat dicegah dengan cara memasak daging kambing sampai matang,” tambahnya.
Ia kembali menegaskan, pengawetan daging kambing setelah keluar dari Rumah Potong Hewan (RPH) atau tempat pemotongan harus dilakukan sesuai aturan teknis.
“Daging kambing harus disimpan dengan baik, tidak di tempat terbuka, dan jika disimpan di lemari pendingin, jangan dekat dengan makanan lain,” kata Fitri.