Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 59 persen menjadi $62,36 miliar (sekitar Rp986 triliun)
Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, melaporkan kenaikan laba bersih sebesar 59 persen menjadi $62,36 miliar (sekitar Rp986 triliun) dari laba kuartal keempat sebesar 49 persen menjadi $20,84 miliar (sekitar Rp329 triliun)
Pendapatan tahunan diperkirakan mencapai US$164,5 miliar (sekitar Rp 2.602 triliun), naik 22% dari tahun 2023. Hal ini didorong oleh kenaikan harga iklan sebesar 10% dan kenaikan tayangan iklan sebesar 11% di seluruh platform. "Kami terus membuat kemajuan dalam AI, kacamata pintar, dan masa depan media sosial," kata CEO Meta Mark Zuckerberg, yang menyatakan optimisme bahwa 2025 akan menjadi tahun ekspansi terbesar inisiatif tersebut. Ia menyampaikan pandangan serupa.
AI, Moderasi Konten, dan Pengaruh Politik
Kesuksesan Meta terjadi di tengah perubahan kebijakan besar dalam moderasi kontennya. Perusahaan baru-baru ini mengakhiri program fact-checking di AS, setelah mendapat tekanan dari kelompok konservatif yang menilai program tersebut sebagai bentuk sensor.
"Kita kini memiliki pemerintahan AS yang mendukung perusahaan teknologi unggulan dan membela kepentingan kita di luar negeri," ujar Zuckerberg kepada para analis, merujuk pada pemerintahan Presiden Donald Trump.
Selain itu, Meta juga mengurangi inisiatif keberagaman dan melonggarkan aturan moderasi, terutama terkait jenis ujaran tertentu—langkah yang dapat memicu kekhawatiran dari pengiklan besar yang tidak ingin iklan mereka muncul di samping konten kontroversial.
Namun, perubahan ini tidak menghambat pertumbuhan jumlah pengguna. Pengguna aktif harian Meta meningkat 5% menjadi 3,35 miliar pada Desember 2024.
Investasi Besar-Besaran di AI dan Restrukturisasi Karyawan
Untuk memperkuat dominasi AI-nya, Meta merencanakan belanja modal sebesar USD 60-65 miliar (sekitar Rp 949-1.029 triliun) di 2025, sebagian besar untuk pengembangan AI dan infrastruktur teknologi. Total pengeluaran perusahaan diperkirakan mencapai USD 114-119 miliar (sekitar Rp 1.803-1.882 triliun).
"Saya yakin 2025 akan menjadi tahun di mana asisten AI cerdas dan personal akan menjangkau lebih dari 1 miliar orang, dan saya berharap Meta AI akan menjadi pemimpin di bidang ini," kata Zuckerberg.
Meta juga menambah 10% tenaga kerja menjadi 74.067 karyawan sepanjang 2024, dengan rencana ekspansi lebih lanjut dalam peran teknis terkait AI. Namun, bulan lalu perusahaan mengumumkan PHK terhadap 3.600 karyawan (5% dari total tenaga kerja) yang dianggap berkinerja rendah, untuk digantikan dengan talenta baru yang lebih sesuai dengan visi perusahaan.
Kompetisi AI
Di tengah pencapaian ini, Meta menghadapi tantangan dari regulasi ketat serta persaingan yang semakin ketat di dunia AI. Munculnya DeepSeek, startup AI asal China yang menawarkan model AI lebih murah dan efisien, disebut telah mendorong Meta membentuk “war room” khusus untuk menganalisis serta mengadaptasi inovasi tersebut dalam pengembangan model Llama AI miliknya.
Meta memproyeksikan pendapatan kuartal pertama 2025 akan mencapai USD 39,5-41,8 miliar (sekitar Rp 625-662 triliun), tumbuh 8-15% dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan strategi agresif dalam AI dan restrukturisasi karyawan, Meta berupaya mempertahankan dominasinya di industri teknologi global.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.