Viral Anak SMA tak Bisa Perkalian, DPR Soroti Reformasi Pendidikan
15 November 2024 | Author : Susanti
Foto: X/@infoviral
Wakil Ketua DPR RI Kukun Ahmad Shamsrijar menyoroti rendahnya literasi masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan pelajar.
Wakil Ketua DPR RI Kukun Ahmad Shamsrijar menyoroti rendahnya literasi masyarakat Indonesia, khususnya di kalangan pelajar. Ia mendorong pemerintah segera mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar generasi muda Indonesia bisa lebih kompetitif.
"Masih adanya anak-anak kita yang kurang literasinya cukup mengkhawatirkan, karena literasi menentukan kualitas SDM kita," kata Cucun dalam keterangan, Jakarta, Jumat (15/11/2024).
"Kalau generasi muda masih memiliki literasi yang rendah, kita khawatir mereka akan sulit bersaing di tengah tantangan zaman yang serba cepat ini," lanjutnya.
Hal tersebut diungkapkan mengingat kasus di media sosial yang memperlihatkan video siswa SMP-SMA yang tidak bisa menjawab pertanyaan hitungan matematika dasar. Cucun melihat perlu ada yang diperbaiki dari sistem pendidikan Indonesia dan mendorong Pemerintah melakukan evaluasi.
"Bahwa benar peristiwa yang ada di media sosial belum bisa dijadikan rujukan. Saya yakin betul banyak juga anak-anak kita yang pintar-pintar dan memiliki kompetensi akademik yang baik, tapi kita juga tidak bisa mengabaikan fenomena tersebut," ujarnya.
Cucun pun menyinggung soal berbagai penelitian yang menunjukkan kurangnya kemampuan numerasi anak-anak Indonesia. Misalnya berdasarkan survei Kehidupan Keluarga Indonesia atau Indonesia Family Life Survey (IFLS) yang menunjukkan rendahnya probabilitas siswa usia sekolah dalam penguasaan materi perhitungan dasar.
Berdasarkan tes IFLS, diketahui kenaikan jenjang pendidikan tidak menaikkan kemampuan literasi secara signifikan. Hal ini bisa dilihat dari tes IFLS yang menunjukkan anak kelas 1 mendapatkan skor 26,5 persen dan anak kelas 12 mendapat skor 38,7 persen Artinya walaupun siswa tersebut naik kelas, peningkatan kemampuan siswa antara jenjang satu dengan jenjang berikutnya tidak memiliki kenaikan yang berarti.
"Banyak penelitian menunjukkan masih rendahnya literasi anak-anak usia sekolah, yang mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya kesenjangan kualitas layanan pendidikan kita antara kota besar dan di daerah-daerah," ucapnya.
Rendahnya literasi anak-anak Indonesia juga didukung dari data UNESCO yang menyebut minat baca masyarakat sangat kurang. Menurut laporan UNESCO, hanya 1 dari 1.000 orang di Indonesia yang rajin membaca. Penelitian World's Most Literate Nation Ranking oleh CCSU pun menyatakan Indonesia berada di peringkat 60 dari 61 negara untuk minat baca. Lantas, Cucun mengatakan minat membaca menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan literasi bagi anak-anak.
"Karena buku adalah jendela dunia. Maka adanya data-data penelitian itu menjadi sebuah indikasi serius bahwa ada yang kurang dalam sistem pendidikan kita. Dan ini harus diperbaiki karena kita mempunyai tujuan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," tuturnya.
Cucun mengingatkan, SDM yang unggul menjadi syarat terwujudnya visi Indonesia Emas yang dapat bersaing di kancah global. Untuk menciptakan generasi unggulan, aspek pendidikan menjadi salah satu faktor utama.
"Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa tidak semua anak-anak kita memiliki kesempatan yang sama untuk bisa mengakses pendidikan tinggi yang bisa meningkatkan kualitas mereka di dunia kerja," ungkap Cucun.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.