Keputusan ini berpengaruh pada sejumlah lembaga penelitian terkemuka, termasuk Duke Human Vaccine Institute dan Scripps Research Institute, yang telah mendapatkan pendanaan dari National Institutes of Health (NIH) sejak tahun 2012.
Pemerintahan Presiden Donald Trump mengambil keputusan untuk menghentikan alokasi dana bagi beberapa program penting penelitian vaksin HIV di Amerika Serikat.
Menurut CBS News, pada hari Sabtu (31/5/2025), para ilmuwan mendapatkan informasi bahwa Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS (HHS) memilih untuk mengarahkan anggaran kepada metode pencegahan HIV yang sudah ada, alih-alih meneruskan investasi dalam riset vaksin baru.
Keputusan ini berpengaruh pada sejumlah lembaga penelitian terkemuka, termasuk Duke Human Vaccine Institute dan Scripps Research Institute, yang telah mendapatkan pendanaan dari National Institutes of Health (NIH) sejak tahun 2012.
Seorang perwakilan dari perusahaan bioteknologi Moderna juga mengonfirmasi bahwa uji coba klinis yang sebelumnya didanai oleh Jaringan Uji Vaksin HIV NIH (HIV Vaccine Trials Network) kini juga turut dihentikan untuk sementara waktu.
Seorang pejabat senior NIH menyebutkan bahwa lembaga tersebut diarahkan oleh HHS untuk tidak menyetujui pendanaan baru bagi riset vaksin HIV dalam tahun anggaran mendatang, kecuali untuk beberapa kasus terbatas.
Selain itu, aturan akuntansi anggaran baru yang diberlakukan terhadap hibah vaksin HIV akan membuat pengajuan dana semakin sulit, karena mewajibkan perhitungan biaya penuh untuk hibah multi-tahun dalam satu tahun fiskal.
Juru bicara HHS, Emily Hilliard, membela keputusan ini dengan alasan adanya kompleksitas dan tumpang tindih dalam program HIV/AIDS nasional.
Ia menyatakan bahwa HHS bertujuan memaksimalkan dampak pengeluaran federal dan memperkuat pengawasan anggaran, mengingat terdapat 27 program HIV/AIDS yang telah menyerap anggaran sebesar US$7,5 miliar (sekitar Rp122, 2 triliun).
Hilliard menambahkan bahwa 'program HIV/AIDS yang bersifat krusial akan tetap berjalan' di bawah lembaga baru yang diusulkan Menteri Kesehatan HHS,Robert F. Kennedy Jr. yang dinamai 'Administration for a Healthy America'.
Namun, keputusan tersebut menuai kritik dari kalangan ilmuwan. Dennis Burton, profesor imunologi dari Scripps Research, menyebut waktu penghentian ini 'sangat buruk', terutama karena sejumlah uji klinis menunjukkan kemajuan menjanjikan.
“Hal itu bisa menjadi kemunduran satu dekade bagi penelitian vaksin HIV,” ujar Burton.
Menurut situs resmi pemerintah AS, HIV.gov, hingga saat ini belum tersedia vaksin untuk mencegah infeksi HIV. Namun, para ilmuwan di seluruh dunia terus berupaya mengembangkan vaksin dengan dukungan dari National Institutes of Health.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.