Serangan Udara Israel Ciptakan Kabut Asap Bahaya di Beirut

04 November 2024 | Author : Susanti
Foto: idetimes.com
Warga dan pakar Lebanon prihatin dengan dampak serangan udara Israel terhadap kualitas udara Beirut. Ledakan terjadi hampir setiap hari di kawasan pemukiman, menyebabkan kebakaran besar dan melepaskan bahan kimia yang berpotensi berbahaya.
Warga dan pakar Lebanon prihatin dengan dampak serangan udara Israel terhadap kualitas udara Beirut. Ledakan terjadi hampir setiap hari di kawasan pemukiman, menyebabkan kebakaran besar dan melepaskan bahan kimia yang berpotensi berbahaya.

Warga mengatakan mereka khawatir tentang kemungkinan dampak kesehatan dari asap yang menggantung di udara selama berjam-jam setelah serangan udara Israel, meninggalkan debu hitam di balkon.

Sejak meningkatnya konflik dengan Hizbullah dengan serangan udara darat besar-besaran pada tanggal 23 September, militer Israel secara agresif menjatuhkan roket ke Beirut, sebuah kota berpenduduk sekitar 1 juta orang.
Semua ini memperburuk kondisi kehidupan di kota-kota yang padat penduduk dan sudah tercemar.

Hizbullah, kelompok politik dan bersenjata Syiah yang berafiliasi dengan Iran berpusat di Lebanon, telah menembakkan roket ke Israel sejak 8 Oktober 2023 untuk mendukung Hamas di Gaza. Sementara Lebanon telah menjadi sasaran lebih dari 11.000 serangan Israel sejak saat itu, menurut angka pemerintah.

Bau Terbakar

Serangan terhadap Beirut difokuskan di pinggiran selatan kota, yang dikenal secara lokal sebagai Dahiyeh. Hulu ledak berat Israel telah menghancurkan seluruh blok apartemen dan memicu kebakaran yang menyebar ke jalan-jalan di sekitarnya selama berjam-jam. Penduduk Kota Beirut yang padat merasakan dampaknya, entah karena terjaga karena hantaman serangan atau menghirup udara tebal dan berasap keesokan harinya.

"Anda bangun dan melihat kebakaran yang dimulai di tengah malam berlanjut hingga dini hari, lalu Anda melihat kabut putih di atas Beirut," kata Dr. Najat Saliba, ahli kimia atmosfer di Universitas Amerika di Beirut (AUB), kepada The New Arab (TNA). "Kadang-kadang warnanya putih, kadang-kadang hitam, tergantung apa yang terbakar pada malam sebelumnya," kata Saliba.

Saliba yang juga menjabat sebagai anggota parlemen independen itu mengatakan bahwa akhir-akhir ini orang-orang menemukan tanah hitam di balkon dan mata mereka perih. Bahkan dari apartemen Saliba di Achrafieh, sekitar dua kilometer dari Dahiyeh, dia dapat mencium bau asap.

Jurnalis Lebanon Kim Ghattas menulis di situs media sosial X pada hari Minggu: "Udara di kota ini sangat tidak nyaman akibat serangan udara. Kebakaran hutan di pegunungan. Negara ini benar-benar berada dalam kabut perang."

Kualitas Udara Buruk

Selama puluhan tahun, Beirut telah menderita kualitas udara yang buruk akibat kemacetan lalu lintas dan penggunaan generator diesel dalam jangka panjang dan meluas. Penggunaan genset ini sebagai solusi sementara untuk jaringan listrik nasional negara itu yang rusak.

Dengan wilayah perkotaan di Lebanon yang secara rutin melampaui tingkat yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Saliba menjalankan Observatorium Polusi Udara MSFEA AUB untuk memantau tingkat polutan di Beirut.

Pada bulan April, penelitian baru hasil laboratorium menemukan bahwa tingkat polutan karsinogenik di udara telah meningkat dua kali lipat selama lima tahun terakhir, yang menyebabkan meningkatnya risiko terkena kanker. Sekarang, amunisi peledak di jantung kota menambah hiruk pikuk racun di udara.

Saliba mengatakan, dia tidak mengetahui apakah saat ini ada yang melakukan penelitian dampak terhadap kualitas udara kota. Namun ketidakpastian mengenai bahan kimia apa yang dilepaskan, apakah dari amunisi atau dari bangunan yang terbakar akibatnya, telah membuat orang cemas.

Saliba, yang merupakan pakar polusi udara mengakui menerima hampir satu panggilan telepon per hari dari orang-orang yang benar-benar khawatir dengan asap dan sadar akan polusi udara.

Saliba mengatakan bahwa campuran bahan-bahan yang biasanya ditemukan di rumah-rumah, seperti bahan kimia perawatan kayu, cat, bahan pembersih, semuanya dapat mengeluarkan emisi berbahaya. "Semua bahan kimia ini saling terkait dan berinteraksi dengan api dan apa yang Anda lihat di pagi hari pada dasarnya adalah campuran dari semua bahan kimia ini," katanya.

Ada hubungan yang terbukti antara emisi antropogenik ini dan penyebab masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit paru-paru atau kardiovaskular, jelas Saliba.

Hulu Ledak Berat

Ada kekhawatiran bahwa bom 'penghancur bunker' oleh Israel yang dapat menembus puluhan meter di bawah tanah telah digunakan dalam serangan yang menewaskan kepala Hizbullah Hassan Nasrallah. Serikat Ahli Kimia di Lebanon baru-baru ini memperingatkan bahwa penggunaan senjata ini di daerah berpenduduk padat menyebabkan banyak penyakit, terutama jika terhirup.

Analisis citra satelit yang dinilai oleh BBC menunjukkan bahwa lebih dari 3.600 bangunan di seluruh Lebanon rusak atau hancur dalam dua minggu pertama Oktober. Dalam salah satu serangan Israel baru-baru ini terhadap kota tersebut, yang terekam kamera, sebuah hulu ledak terlihat jatuh ke arah sebuah bangunan perumahan besar, meledak dengan cepat saat terjadi benturan dan menghancurkan seluruh blok apartemen serta memuntahkan gumpalan besar debu dan asap ke angkasa.

Para ahli mencatat bahwa senjata itu tampaknya merupakan bom pintar atau bom terpandu yang kemungkinan membawa hulu ledak seberat 2.000 pon, salah satu yang terbesar di jenisnya.

Lembaga amal Inggris The Conflict and Environment Observatory mengatakan bahwa amunisi peledak di lingkungan perkotaan memiliki dampak berbahaya bagi tingkat polusi. Lembaga itu mencatat bahwa "kontaminan umum" yang perlu diwaspadai, baik dari senjata maupun bangunan, meliputi logam seperti timbal dan kromium, bahan bakar minyak, PCB, penghambat api, bahan peledak, dan asbes.
Baca Juga
• Adele Pingsan di Belakang Stage Konser Las Vegas, Ternya Idap Penyakit Kronis Ini
• Iron Dome Kembali dibobol, Hizbullah Hujani Israel 340 Rudal
• AS Tegaskan tidak Terlibat dalam Pembunuhan Ismail Haniyeh
#SeranganUdara #Israel #Kabut #Asap #Beirut #freepalestine
31 Mei 2024
Amerika Diduga Lebih Banyak Bantu Israel daripada Palestina, Ini Faktanya
16 Juni 2024
Hadiri KTT G7 Di Italia, Kondisi Kesehatan Joe Biden disorot,
31 Juli 2024
Ismail Haniyeh Terbunuh Saat Kunjungan Di Iran, Picu Perang Besar di Kawasan
15 November 2024
Akibat Genosida Israel, Banyak Ibu Melahirkan Alami Cacat Lahir
23 Mei 2024
Viral! Skandal Burning Sun kembali Mencuat, Ini nama superstar K-Pop Yang Terlbat
07 Juni 2024
Kecam Pembatanian Rafah, Erdogan Desak Negara-negara Pro Israel Setop Pasokan Senjata
15 November 2024
PBB: Agresi Israel di Gaza sudah termasuk ciri-ciri Genosida
03 September 2023
Fokus Pada Kebahagiaan Diri, Selena Gomez Nikmati Masa-masa Jomblo
30 Juni 2024
Perempuan di Gaza Utamakan Keluarga Untuk Kebutuhan Makan Sehari-hari
23 Juni 2024
Kuwait Minta Warganya Segera Tinggalkan Lebanon Imbas Ketegangan Dengan Israel
15 November 2024
Trump Tunjuk Robert F Kennedy Jr Jadi Menteri Kesehatan AS
28 Juni 2024
Bukan Lagi Negara Penguasa, Trump Kritik Pemerintahan AS Yang Dipimpin Biden
16 Oktober 2023
Biden menyebut pendudukan Israel di Gaza sebagai 'kesalahan serius'
16 Juni 2024
Konflik standar ganda di Ukraina dan Timur Tengah Buat Geram Presiden Dewan Eropa
29 November 2023
Keprcayaan Milyader Warren Buffett, Charlie Munger Wafat
BERITA LAINNYA
Politik Akan Umumkan Calon Kepala Daerah Gelombang 3, Megawati Tiba di DPP PDIP
Politik Kembali Lolos Ke Senayan, Eko Patrio Disiapkan PAN Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran
Infotainment Lucinta Luna Pinjem Pratama Arhan Jadi Suami, Azizah Salsha: Sharing is Caring
Kesehatan 'Lonely Death' Bikin Warga Korsel Meninggal dalam Kesepian
Keuangan Wujudkan Swasembada Pangan, Titiek Sarankan Prabowo Bisa Tiru Pak Harto
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.