Komisi Eropa merilis panduan yang mendorong semua warga untuk menyimpan makanan dan barang keperluan lainnya untuk bertahan setidaknya selama 72 jam dalam situasi krisis.
Beberapa negara di Eropa telah mulai mendorong warganya untuk bersiap menghadapi potensi konflik militer atau perang, di tengah situasi yang terus berkembang dalam pertempuran antara Rusia dan Ukraina.
Pemerintah beberapa negara di Eropa baru-baru ini mengeluarkan panduan yang memotivasi warga untuk membangun ketahanan mental dan mengikuti latihan evakuasi massal dalam keadaan perang.
Menuruti laporan CNN pada Minggu (13/4/2025), langkah tersebut diambil karena para pemimpin Eropa khawatir bahwa konflik antara Rusia dan Ukraina yang telah terjadi selama tiga tahun ini dapat menyebar ke wilayah mereka.
Apalagi, Rusia akhir-akhir ini mulai mencatat kemajuan dalam konflik di Ukraina. Selain itu, Amerika Serikat, sebagai sekutu utama Eropa, juga baru-baru ini menunjukkan sikap yang berlawanan, yang membuat negara-negara anggota NATO merasa cemas.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyampaikan peringatan kepada para ahli keamanan di Brussels pada bulan Desember lalu, menegaskan bahwa saat ini adalah saat yang tepat untuk mengadopsi ‘pola pikir saat keadaan perang’.
Sejalan dengan itu, pada bulan Maret, Komisi Eropa merilis panduan yang mendorong semua warga untuk menyimpan makanan dan barang keperluan lainnya untuk bertahan setidaknya selama 72 jam dalam situasi krisis.
Selain panduan dari Komisi Eropa, setiap negara di Eropa juga mengeluarkan pernyataan serupa terkait persiapan untuk keadaan darurat.
Setidaknya ada tiga negara di Eropa yang telah meminta warganya bersiaga perang. Mana saja?
Jerman
Pada Juni 2024, Jerman memperbarui Petunjuk Kerangka Kerja untuk Pertahanan Menyeluruh (Framework Directive for Overall Defense) yang memberikan arahan mengenai apa yang harus dilakukan jika konflik pecah di Eropa.
Dokumen setebal 67 halaman itu diperbarui untuk pertama kalinya sejak Perang Dingin, dan menggambarkan perubahan total kehidupan masyarakat Jerman apabila terjadi perang.
Dalam petunjuk tersebut, warga diminta mengikuti wajib militer selama masa perang. Orang-orang berusia 18 tahun ke atas diminta untuk bekerja di sektor tertentu, termasuk toko roti dan kantor pos, dan dilarang berhenti.
Tenaga medis seperti dokter, psikolog, perawat, serta dokter hewan juga diminta ikut terjun dalam kegiatan militer.
Lebih dari itu, Jerman juga menyiapkan rencana penjatahan untuk warga dalam kondisi perang. Apabila stok makanan berkurang selama masa perang, pemerintah akan menyimpan makanan dan memberi warga satu jatah makanan sehari untuk jangka waktu yang tak diinformasikan.
Swedia
Sama dengan Jerman, Swedia juga telah merilis panduan bertahan hidup dengan judul 'Jika Krisis atau Perang Datang' kepada jutaan warga pada November lalu. Panduan itu dibagikan setelah diperbarui untuk pertama kalinya dalam enam tahun.
Dalam panduan tersebut, warga Swedia diimbau bersembunyi di dalam ruangan dengan pintu, jendela, bahkan akses ventilasi tertutup rapat apabila terjadi perang. Warga diminta memantau informasi dari Sveriges Radio untuk informasi lebih lanjut.
Saluran radio itu akan memberikan informasi mengenai lokasi shelter selama serangan udara, seperti ruang bawah tanah, garasi, hingga stasiun kereta bawah tanah.
Jika ada warga yang berada di luar ruangan, mereka diminta berbaring di tanah atau jika memungkinkan, di dalam lubang maupun parit kecil.
Pemerintah Swedia bahkan telah memberikan imbauan khusus mengenai serangan nuklir. Selama serangan dengan senjata nuklir, warga diminta berlindung seperti ketika terjadi serangan udara.
"Tempat perlindungan pertahanan sipil memberikan perlindungan terbaik," kata imbauan tersebut, yang menambahkan bahwa tingkat radiasi akan menurun drastis dalam beberapa hari.
Lebih lanjut, pemerintah Swedia juga memberikan tips tentang evakuasi, cara menghentikan pendarahan, mengatasi kecemasan, dan cara bicara dengan anak-anak mengenai krisis dan perang.
Finlandia
Persiapan perang ini juga dilakukan oleh Finlandia, yang berbagi perbatasan sepanjang 1.340 kilometer dengan Rusia.
Sebagai satu-satunya negara NATO yang berbatasan panjang dengan Rusia, Finlandia sudah lama khawatir soal risiko perang langsung dengan Kremlin. Sejak tahun 1950-an, Finlandia telah mewajibkan gedung-gedung apartemen dan perkantoran membangun shelter di bawahnya.
Persiapan soal perang ini bahkan telah digenjot setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Pemerintah negara Nordik ini melakukan inventarisasi dan menemukan lebih dari 50.000 lokasi shelter yang mampu menampung sekitar 4,8 juta orang dari total populasi 5,6 juta orang.
Pada November tahun lalu, Kementerian Dalam Negeri Finlandia menerbitkan panduan krisis terbaru yang mencakup langkah-langkah menghadapi pemadaman listrik panjang, gangguan telekomunikasi, bencana cuaca ekstrem, hingga konflik militer.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.