Trump-Vance Bakal Jadi Mimpi Buruk bagi Negara Ukraina
18 Juli 2024 | Author : Susanti
Foto: Associated Press/Matt Rourke
Langkah kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump untuk menunjuk J.D. Vance sebagai pasangannya dapat menimbulkan rintangan baru bagi Ukraina.
Langkah kandidat presiden dari Partai Republik Donald Trump untuk menunjuk J.D. Vance sebagai pasangannya dapat menimbulkan rintangan baru bagi Ukraina.
Hal ini terjadi pada saat Kiev masih bergantung pada bantuan Washington dalam perangnya dengan Rusia. Laporan The Guardian telah menghidupkan kembali kekhawatiran mengenai Trump dan Vance yang menerapkan kebijakan "America First" yang berfokus pada urusan dalam negeri dan kurang memperhatikan urusan global.
Jika Trump menang, ia diperkirakan akan menyetujui rencana pemerintah Rusia untuk mencaplok wilayah Ukraina.
"Ini buruk bagi kami, tapi ini berita buruk bagi Ukraina. Vance bukanlah sekutu kami," ujar salah satu diplomat senior Eropa di Washington, Selasa (16/7/2024).
Sementara itu, Direktur Institut Kajian Internasional Freeman Spogli, Michael McFaul, memaparkan bagaimana Vance menjadi salah satu penentang utama paket bantuan baru ke Ukraina musim semi lalu. Menurutnya, manuver Trump untuk menarik Vance menjadi partner majunya adalah citraan patron kebijakan luar negeri yang dianutnya.
"(Joe) Biden dan (Kamala) Harris telah mempromosikan demokrasi dan menentang otokrat. Trump dan Vance tidak menaruh perhatian pada kemajuan demokrasi di luar negeri dan malah menganut paham autokrat. Perbedaan pendekatan asing yang dianut oleh kedua calon presiden ini sangat jelas," ujar McFaul, yang juga mantan Dubes AS untuk Rusia.
Vance sendiri pernah menyebutkan bahwa masalah Ukraina bukanlah sesuatu yang penting bagi AS. Ia juga berpandangan Presiden Rusia Vladimir Putin bukanlah ancaman.
"Saya tidak berpikir bahwa Vladimir Putin merupakan ancaman nyata bagi Eropa, dan sejauh ini ia merupakan ancaman, sekali lagi hal ini menunjukkan bahwa Eropa harus mengambil peran yang lebih agresif dalam keamanannya sendiri," tuturnya,
Selain terkait Ukraina, Vance pun memiliki sikap yang tegas terhadap cara petahana, Presiden Joe Biden, dalam menangani konflik Gaza. Ia menyebut mengatakan bahwa AS harus 'memungkinkan Israel untuk benar-benar menyelesaikan tugasnya'.
Cawapres berusai 39 tahun itu juga pernah menganjurkan langkah pembatasan terhadap China. Ia menegaskan bahwa Washington mendorong pembatasan perdagangan yang agresif dan perlindungan kekayaan intelektual terhadap Beijing.
"AS harus lebih fokus pada Asia Timur. Washington harus 'berputar' ke arah Asia," ucap Vance.
Ia juga pernah menuntut agar negara-negara Eropa membayarkan bagian yang lebih besar dari PDB mereka kepada NATO. Ia merasa AS sudah terlalu lama memberikan perlindungan keamanan kepada Eropa.
"Hal ini akan menjadi masa depan kebijakan luar negeri AS selama 40 tahun ke depan, dan Eropa harus menyadari fakta tersebut," tambahnya.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.