Peserta pendidikan dapat bekerja lebih dari 20 jam dalam sehari, seperti pada kondisi darurat, tetapi mereka diwajibkan untuk beristirahat pada hari berikutnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan akan memperbaiki sistem pelatihan dokter spesialis guna menghindari praktik perundungan yang sering terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan.
Budi mengungkapkan bahwa salah satu penyebab utama perundungan adalah ketidakjelasan dalam status mahasiswa, yang membuat mereka rentan terhadap perlakuan yang tidak adil.
Oleh karena itu, Kemenkes berencana untuk menerapkan standar baru yang mengadopsi model dari Accreditation Council for Graduate Medical Education International (ACGME-I).
"Menurut ACGME-I, alasan mengapa perundungan sering terjadi adalah karena dalam sistem pendidikan ini terlalu banyak hal yang tidak diatur dan dianggap sebagai siswa tanpa hak. Namun, jika mereka dipekerjakan dengan kontrak, maka aturannya lebih ketat, tidak boleh bekerja lebih dari 80 jam dalam seminggu," ujar Budi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (29/4/2025).
Ia juga menambahkan bahwa dalam situasi tertentu, peserta pendidikan dapat bekerja lebih dari 20 jam dalam sehari, seperti pada kondisi darurat, tetapi mereka diwajibkan untuk beristirahat pada hari berikutnya.
Semua aturan ini, Budi menerangkan kini dimasukkan dalam kontrak resmi peserta dengan rumah sakit pendidikan.
"Semua rumah sakit yang akan jadi rumah sakit pendidikan, kita bawa ke Amerika, kita latih, begini jadi rumah sakit pendidikan standar dunia. Dan nanti diakreditasi oleh mereka. Kita untuk rumah sakit sebagai pendidikan pakainya ACGMEI," jelas Budi.
Selain soal jam kerja, Budi juga mengungkapkan perubahan besar dalam sistem evaluasi kelulusan dokter spesialis. Ia menilai, selama ini kelulusan kerap dipengaruhi oleh subjektivitas senior, bukan semata berdasarkan kompetensi medis yang terukur.
"Dulu lulus nggak lulus susah kalau dokter spesialis. Nggak lulus kenapa? Saya nggak suka. Nanti nggak. Kita lihat, melakukan operasi usus buntu, bener nggak operasinya, berhasil atau nggak. Kalau dari 10 berhasil 10, ya dia lulus. Semua berbasis sistem dan diawasi dua orang," tuturnya.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.