Buya Amirsyah mengkritisi dominasi ekonomi dunia yang dikendalikan oleh segelintir elite yang menumpuk kekayaan dan memainkan tatanan global, termasuk melalui perang dagang.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan, menekankan pentingnya upaya bersama dalam pengumpulan dana sosial umat sebagai pendekatan strategis untuk menghadapi ketidakadilan ekonomi global dan meningkatnya persaingan perdagangan.
Pernyataan ini disampaikan olehnya dalam khutbah Jumat di Masjid Taqwa Muhammadiyah, Padang, Sumatera Barat, pada hari Jumat, 18 April 2025.
Buya Amirsyah menggarisbawahi situasi ekonomi global yang semakin tidak merata. Ia menjelaskan bahwa ketidakadilan di dunia ini tidak hanya berasal dari kebijakan politik internasional, tetapi juga dari kurangnya kesadaran umat dalam memaksimalkan kekuatan dana sosial yang berbasis syariah, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf (ZISWAF).
“Islam memiliki potensi yang luar biasa dalam konsep pembiayaan sosial. Ini bukan sekadar konsep, tetapi telah terbukti menjadi kekuatan peradaban bila dikelola dengan cara yang terorganisir dan kolaboratif,” ungkapnya di hadapan jemaah, seperti yang dilansir dari situs resmi MUI.
Ia juga menyampaikan bahwa potensi zakat umat Islam di Indonesia diperkirakan mencapai Rp217 triliun setiap tahun, dengan potensi wakaf bahkan jauh lebih besar. Namun, kapasitas yang signifikan ini belum sepenuhnya dimanfaatkan karena pengelolaannya masih bersifat terpisah dan kurang terkoordinasi di tingkat nasional.
“Masalah kita bukan tidak punya dana. Masalah kita adalah kurangnya kesadaran kolektif untuk menggerakkan dana sosial umat sebagai kekuatan ekonomi yang berdiri sendiri dan mandiri,” ujarnya.
Lebih lanjut, Buya Amirsyah mengkritisi dominasi ekonomi dunia yang dikendalikan oleh segelintir elite yang menumpuk kekayaan dan memainkan tatanan global, termasuk melalui perang dagang.
Ia menyebut figur seperti George Soros sebagai contoh nyata kekuatan finansial yang mampu mengatur arah dunia dan menyebabkan penderitaan massal.
“Perang dagang global yang kita hadapi hari ini adalah bentuk nyata dari kerakusan elite ekonomi. Mereka mengendalikan harga, pasar, bahkan kebijakan negara melalui kekuatan modal,” tandasnya.
Dalam konteks ini, Buya mengusulkan gerakan dana sosial umat sebagai alternatif membangun kemandirian ekonomi, sekaligus mengurangi ketergantungan terhadap sistem global yang eksploitatif.
Menurutnya, penguatan institusi pengelola zakat dan wakaf, peningkatan literasi keuangan syariah, serta regulasi yang berpihak pada ekonomi umat merupakan langkah-langkah penting yang harus segera direalisasikan.
Buya juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara aspek dunia dan akhirat dalam Islam, sebagaimana disebutkan dalam Surah Al-Qashash ayat 77 dan Surah Ali Imran ayat 134.
“Menginfakkan harta di waktu lapang maupun sempit adalah perintah Allah. Ini bukan sekadar amal ibadah personal, tapi solusi nyata atas ketimpangan struktural yang kita alami hari ini,” ucapnya.
Menutup khutbahnya, Buya Amirsyah mengajak umat Islam untuk tidak sekadar menjadi konsumen dalam sistem kapitalisme global, tetapi menjadi aktor utama dalam menciptakan tatanan ekonomi yang adil dan berkeadaban melalui optimalisasi ZISWAF.
“Jika kita serius, jika kita bersatu, maka zakat, infak, sedekah, dan wakaf bisa menjadi kekuatan baru menghadapi tantangan zaman, termasuk perang dagang global yang kini sedang berlangsung,” pungkasnya.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.