Krisis Air Bersih dan Sanitasi, Perempuan Gaza Membersihkan Anak-anaknya Menggunakan Pasir
18 Juli 2024 | Author : Susanti
Foto: Getty via TNA
Perempuan di Gaza membersihkan anak-anak mereka dengan pasir. Pasar-pasar di Gaza mengalami kekurangan deterjen dan pembersih yang belum pernah terjadi sebelumnya
Perempuan di Gaza membersihkan anak-anak mereka dengan pasir. Pasar-pasar di Gaza mengalami kekurangan deterjen dan pembersih yang belum pernah terjadi sebelumnya. Di sana pun, produk dijual dengan harga yang sangat tinggi, beberapa di antaranya lebih dari 20 kali lipat harga sebenarnya.
Penutupan semua penyeberangan perbatasan ke Jalur Gaza yang dilakukan Israel sejak dimulainya perang pada bulan Oktober telah menciptakan berbagai krisis bagi penduduk Gaza, terutama kebutuhan akan makanan, air, listrik, obat-obatan, pasokan medis, dan sanitasi yang berdampak pada kebutuhan dasar.
Om Falah, seorang wanita Palestina yang mengungsi, tidak dapat membeli deterjen kebersihan pribadi di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah karena harganya yang selangit. "Untuk membeli setengah liter sabun cair (buatan lokal), saya butuh US$20 (sekitar Rp320 ribu) dan saya hanya punya tiga dolar untuk dibelanjakan [...] Hari demi hari, situasi menjadi tragis bagi kami; tidak ada yang sanggup menanggungnya," katanya kepada The New Arab (TNA).
"Saya tidak bisa memandikan anak-anak saya selama lebih dari seminggu karena tidak ada sabun dan sampo. Sekarang mereka terkena infeksi kulit dan penyakit. Saya tidak bisa membiarkan mereka seperti ini terlalu lama karena penyakit itu akan membunuh mereka cepat atau lambat," tambahnya.
Om Falah terpaksa menggosok tubuh anak-anaknya dengan pasir sebelum memandikannya dengan air laut untuk membantu membuang kotoran yang menempel di tubuh mereka. "Ini tradisi lama yang dilakukan orang-orang untuk membuang kotoran dari tubuh mereka, lalu mereka mandi dengan air laut," jelasnya.
Namun Om Falah mencatat bahwa pasir itu sendiri tercemar, terutama karena orang-orang berlindung di tenda-tenda, yang berarti sebagian orang harus buang air di pasir. Namun tidak ada pilihan lain bagi warga Palestina di Gaza.
Sementara itu, Hanan Harb dari Kota Gaza, saat ini tinggal di sebuah tenda di Mawasi Khan Yunis. "Perang telah merampas semua pilihan yang memungkinkan bagi kami, jadi kami terpaksa menghadapi apa yang tersedia bagi kami dan tidak ada yang lain," kata ibu tiga anak berusia 35 tahun itu kepada TNA.
Mirip dengan Om Falah, Hanan juga menggosok tubuh anak-anaknya dengan pasir, dengan harapan dapat meringankan dan melindungi mereka dari penyakit kulit yang dideritanya selama berminggu-minggu.
"Dulu anak saya menjerit kesakitan karena cacar yang dideritanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa untuknya [...] Setelah sembuh, saya memutuskan untuk tidak membiarkannya lagi menjadi mangsa penyakit kulit, dan inilah yang mendorong saya untuk menggunakan pasir sebagai pengganti deterjen," katanya.
Alasan yang sama mendorong Ibtisam al-Sayyid dari kamp Nuseirat di Jalur Gaza tengah untuk menggunakan pasir sebagai sarana membersihkan peralatan memasak, karena kurangnya sabun dan produk pembersih. "Setelah sabun mulai habis, saya membatasi penggunaan bahan pembersih agar dapat bertahan selama mungkin [...] Tapi sekarang saya tidak punya apa pun yang bisa saya gunakan lagi, dan saya tidak punya cukup uang untuk membeli sabun jika masih tersedia di pasaran," katanya.
Menurut Kantor Media Pemerintah Palestina di Gaza, sebagian besar dari 1,9 juta orang yang mengungsi di Jalur Gaza menderita berbagai bentuk penyakit menular di pengungsian. PBB dan organisasi medis di Gaza juga mencatat bahwa ratusan ribu warga Palestina menderita berbagai penyakit kulit, yang timbul akibat kurangnya kebersihan pribadi, air, dan produk pembersih.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.