Pertalite dihapuskan, tahun depan Pertamina hanya menjual 3 BBM, berikut daftarnya
31 Agustus 2023 | Author : Susanti
Foto: IDE Times
PT Pertamina (Persero) sedang mempertimbangkan untuk mengolah produk bahan bakar minyak (BBM) dengan RON 90 atau Pertalite paling rendah pada tahun depan.
PT Pertamina (Persero) sedang mempertimbangkan untuk mengolah produk bahan bakar minyak (BBM) dengan RON 90 atau Pertalite paling rendah pada tahun depan.
Kebijakan ini sejalan dengan komitmen perusahaan minyak negara dalam mengurangi emisi bahan bakar kendaraan.
Direktur Senior PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan perseroan akan meningkatkan nilai oktan Pertalite saat ini menjadi RON 92 melalui pencampuran dengan etanol 7% (E7) mulai tahun depan. Hasil pencampuran bensin dengan turunan molasses 7% nantinya akan menghasilkan produk baru Pertamax Green 92. Subsidi BBM dari RON 90 menjadi RON 92.
Karena peraturan KLHK mengatur nilai oktan minimal yang boleh dijual di Indonesia adalah 91,†kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komite VII di DPR, Jakarta, Rabu Agustus 2023). Namun, Nicke mengatakan, kajian yang diberi nama Blue Sky Program Phase 2 ini masih dilakukan secara internal dan belum diputuskan. Program ini hasil kajian internal Pertamina, belum ada keputusan dari pemerintah. Tentu akan kita angkat dan diskusikan lebih lanjut, ujarnya.Pertamina hanya akan menjual tiga produk bahan bakar minyak (BBM), yaitu Pertamax 92, Pertamax 95 dari campuran etanol 8%, dan Pertamax Turbo. Dua produk bensin pertama yang disebutkan akan menjadi lini bahan bakar ramah lingkungan Pertamina berikutnya.
“Tentu kita berharap dengan mendorong ke sisi permintaan, maka investasi di sektor bioenergi akan meningkat. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan Perpres yang mengalokasikan 700.000 hektare untuk swasembada gula dan gula. etanol. Kita harapkan dari sana ada tambahan 1,2 juta kiloliter (KL) untuk pasokan bensin,†kata Nick. Sementara produk Pertamax Green 92 diharapkan bisa menghemat masyarakat hingga 32,68 juta kiloliter (KL) pada tahun depan. dengan rasio pencampuran 7%, jumlah kebutuhan etanol saat itu diperkirakan 2,29 juta KL.tahun, produksi Pertamax Green 95 diperkirakan mencapai 62.231 KL dengan konsumsi etanol 4.978 KL. “Tentu saja, kita memerlukan dukungan, izin [etanol], dan kemudian investasi bioetanol terjadi di dalam negeri. Jadi kita harus impor dulu.
Tapi itu tidak masalah karena kami juga mengimpor bensin, kami hanya mengganti bensin.†impor etanol,†ujarnya. Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berupaya meningkatkan produksi bioetanol kelas biofuel (BBN) seiring dengan Pertamax. Dalam beberapa tahun terakhir, produksi bioetanol untuk rumah tangga bahan bakar mengalami penurunan akibat berkurangnya pasokan molase atau tetes tebu sebagai bahan baku. Selain itu, bahan baku ini juga akan bersaing dengan industri selain bioetanol. Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahan bakar Produksi bioetanol tingkat tinggi saat ini mencapai sekitar 40.000 KL per tahun. Padahal kapasitas produksi bioetanol di beberapa pabrik besar yang tersebar di Provinsi Jawa Timur mencapai 100.000 kiloliter (kl) per tahun.
Beda dengan sawit, kalau dibatasi itu molase dari manisan dan itu juga digunakan untuk industri lain jadi kita hanya bisa memperkirakan jumlahnya, jadi baru ada Perpres untuk memilikinya, ujarnya. juta KL. ,†kata Dadan saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (19 Juni 2023).
Sedangkan kapasitas produksi 100.000 KL berasal dari PT Energi Agro Nusantara (Enero) berkapasitas 30.000 KL. Enero merupakan anak perusahaan PTPN X dan memiliki pabrik di Mojokerto. Lahirnya Enero didasari oleh kerja sama antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang pada tahun 2020. Pabrik Enero diresmikan pada pertengahan Juni 2013 dengan nilai investasi Rp300 miliar terutama dari investor Jepang. Selain Enero, PTPN XI juga memiliki pabrik
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.