Cendekiawan Islam Komaruddin Hidayat meminta Presiden Prabowo Subianto mencari cara menghilangkan kesan bahwa ia berada di bawah bayang-bayang pendahulunya, Joko Widodo
Cendekiawan Islam Komaruddin Hidayat meminta Presiden Prabowo Subianto mencari cara menghilangkan kesan bahwa ia berada di bawah bayang-bayang pendahulunya, Joko Widodo (Jokowi). Jika tidak, kepercayaan masyarakat bisa terkikis.
“Persepsi masyarakat bahwa Pak Prabowo masih dalam bayang-bayang Pak Jokowi harus diakhiri. Hal ini meruntuhkan harapan dan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Pak Prabowo,” ujarnya, Rabu (1 Januari 2018). menanggapi pertanyaan wartawan di Jakarta.
Selain itu, Jokowi baru-baru ini menjadi berita utama di seluruh dunia setelah OCCRP mengumumkan daftar lima pemimpin dunia paling korup. Nama Jokowi menjadi salah satu dari lima selebriti dunia yang mendapat nominasi terbanyak dari pembaca, jurnalis, juri, dan jaringan OCCRP di seluruh dunia.
Finalis-finalis yang menerima paling banyak dukungan tahun ini adalah Presiden Kenya William Ruto; mantan Presiden Indonesia Joko Widodo; Presiden Nigeria Bola Ahmed Tinubu; mantan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina; pebisnis India Gautam Adani.
Kemudian, tokoh terkorup atau 'Corrupt Person of The Year' versi OCCRP adalah Presiden Suriah Bashar Al-Assad yang kabur ke Moskow, Rusia setelah digulingkan kelompok oposisi. Assad yang telah berkuasa selama dua dekade dinilai memimpin rezim dengan kekuatan terpusat, pembungkaman suara kritis, dan penggunaan kekuatan negara.
Komaruddin berharap Prabowo tidak terseret dengan hal ini. Dia juga mendoakan Prabowo dapat menjadi pemimpin yang tegas dalam memberantas korupsi.
"Rakyat lelah dengan berbagai manuver politik untuk berebut kekuasaan, sementara beban ekonomi semakin berat. Rakyat menunggu kepemimpinan Prabowo yang tegas layaknya seorang Jendral untuk menegakkan hukum dan berantas korupsi," kata Komaruddin.
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.