Update Terbaru - Berita Populer - Kategori

Kondisi Gaza Semakin Memprihatinkan, Total kematian Bertambah 50.752 orang

Bagikan
09 April 2025 | Author : Susan Susanti
Foto: Xinhua/Mahmoud Zaki
Menurut laporan otoritas kesehatan Gaza, total kematian di Gaza telah mencapai 50.752 orang, dengan 115.475 orang lainnya terluka sejak dimulainya operasi militer Israel di daerah tersebut pada 7 Oktober 2023.
Sebelum matahari muncul di langit mendung Kota Gaza, Mohammed Abu Ali dan ketiga saudara lelakinya telah berkumpul di halaman rumah sederhana mereka.

Suara drone dan letusan senjata dari kejauhan menjadi samar di balik suara panci bergetar saat mereka menyiapkan makanan bagi ratusan pengungsi Palestina, yang banyak dari mereka telah berhari-hari tidak makan dengan baik.

"Kami sedang memasak nasi dan lentil serta membuat sup sederhana," kata Mohammed (45), seorang ayah dari empat anak kepada Xinhua sambil menyendok makanan panas ke dalam nampan.

"Saya berharap dapat melakukan lebih banyak, tetapi penutupan perbatasan membuat upaya kami untuk membantu masyarakat terbatas," tambahnya.

Proyek keluarga ini dimulai sekitar sebulan lalu, setelah Israel menutup perlintasan perbatasan Kerem Shalom, satu-satunya akses komersial Gaza dengan luar negeri, di tengah kegagalan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang dibuat pada bulan Januari lalu.

Israel menjelaskan bahwa penutupan itu bertujuan untuk memberi tekanan pada Hamas agar lebih banyak warga Israel yang disandera dibebaskan. Sementara itu, Hamas menuduh Israel melanggar gencatan senjata, yang seharusnya ditujukan untuk meringankan penderitaan warga Gaza.

Lebih buruknya, pada 18 Maret, Israel melanjutkan serangan udara dan darat yang mematikan di wilayah Palestina tersebut, yang telah merenggut nyawa 1.391 orang dan melukai 3.434 lainnya di Gaza.

Menurut laporan otoritas kesehatan Gaza, total kematian di Gaza telah mencapai 50.752 orang, dengan 115.475 orang lainnya terluka sejak dimulainya operasi militer Israel di daerah tersebut pada 7 Oktober 2023.

Anak-anak Palestina yang menjadi pengungsi terlihat di Gaza City, Jalur Gaza, pada 7 April 2025. (Foto: Xinhua/Mahmoud Zaki)
Dampak langsung dari blokade bantuan oleh Israel dan serangan-serangan terbarunya sangat menghancurkan. Roti tidak dapat ditemukan, pasar sepi, dan keluarga-keluarga mengalami kekurangan bahan makanan yang semakin terbatas.

Kondisi mengerikan ini mendorong Mohammed untuk mengumpulkan tepung, beras, dan makanan kaleng dari stok keluarga, sementara tetangganya menyumbangkan makanan yang mereka miliki. Kini, di halaman rumahnya, Mohammed mendistribusikan makanan untuk lebih dari 400 orang setiap hari, sebagian besar di antaranya adalah wanita, anak-anak, dan lansia.

"Orang-orang dalam keadaan kelaparan. Jadi, saya dan saudara-saudara saya mengumpulkan semua yang kami miliki di rumah ... Kami memutuskan tidak ada yang boleh kelaparan di sekitar kami, meski makanan yang kami sediakan sederhana," ungkap Mohammed.

Ia melanjutkan, "Kami tidak hanya menyuplai makanan, tetapi juga berusaha untuk saling memberi semangat. Bahkan sepiring makanan hangat bisa memberikan harapan bagi seseorang bahwa mereka tidak terlupakan."

Di seluruh Gaza, langkah-langkah akar rumput seperti ini mulai muncul. Di sebuah tempat penampungan sementara dekat Deir al-Balah, Gaza tengah, Nidal Banat (55) mengatur distribusi makanan di antara tenda-tenda pengungsi. Dahulu, Banat merupakan pemilik toko di kawasan Shuja'iyya, Gaza City. Kini, ia telah kehilangan rumah dan mata pencahariannya akibat serangan udara Israel.

"Saya bahkan tidak sempat mengunci pintu ketika melarikan diri. Namun, bagian tersulitnya bukanlah apa yang hilang dari kami. Melainkan mengetahui bahwa dunia telah melihat kami kehilangan, tetapi tidak melakukan apa pun," kata Banat kepada Xinhua.

Banat melanjutkan "Kami semua mengungsi. Kami semua lapar. Kami sadar bahwa tidak ada yang akan datang untuk menyelamatkan kami ... Jadi, kami saling membantu satu sama lain untuk bertahan hidup. Kami adalah satu kesatuan, berbagi satu perjuangan," ujar Banat.

Pengungsi Palestina di Kamp Jabaliya, Jalur Gaza, pada 31 Maret 2025. (Foto: Associated Press/Jehad Alshrafi)
Banat berkeliling dari tenda ke tenda, mengumpulkan setengah kantong beras, beberapa kaleng penyok berisi tomat dan bawang bombai serta sedikit minyak untuk makan bersama, terutama bagi mereka yang tidak memiliki apapun.

"Beberapa orang tidak mendapatkan makanan yang layak selama berhari-hari. Jadi, kami mengumpulkan apa yang kami bisa. Bahkan sumbangan terkecil pun sangat berarti ... Kami menggabungkan semuanya dan memasaknya di dalam panci besar sehingga tidak ada yang tidur dalam keadaan lapar jika kami bisa membantu," ujarnya.

"Ketika anak-anak menangis karena kelaparan, kami saling memandang satu sama lain dan tidak berbicara. Kami hanya bertindak, kami berbagi karena hanya itu yang kami miliki satu sama lain," kata Banat menambahkan.

"Dulu, kami orang-orang yang bermartabat, pekerja bangunan, petani, pemilik toko. Sekarang, kami menjadi pengemis di tanah kami sendiri. Namun, meski dalam keadaan yang hina ini, kami tetap menegakkan kepala karena kami masih mampu berdiri," ucap Banat dengan sedih.

Ketika asap dari serangan udara Israel yang terbaru membubung di cakrawala, Banat terdiam sejenak. "Kami mungkin hancur, tapi kami tidak kalah," tuturnya.

"Gaza lebih dari sekadar reruntuhan. Gaza adalah semangat yang menolak untuk mati," ujar Banat. [Xinhua]
Baca Juga
• Dirikan Komunitas Untuk Korban bullying, Meghan Markle Kenang Luka Lama Saat Jadi Korban Bully
• Film Barbie Dilarang Tayang di Timur Tengah, Dianggap Promosikan LGBT
• Netanyahu Serukan Perang Darat Segara, Hamas Akan Hancur?
• Warga di Tepi Barat Palestina Donasi 3.000 Kantong Darah untuk Gaza
• Hamas Lakukan Serangan Roket dari Gaza ke Kota-kota Israel
#Gaza #Mati #palestine #freepalestine #genosida #israel
BERITA LAINNYA
Infotainment Imbas Di Cap Pelakor, Dinar Candy Sepi Job DJ
Hiburan Menuju HarI Natal, Begini Fungsi Bintang di Puncak Pohon Natal
Hiburan Popularitas Meghan Semakin Menurun, Pangeran Harry Tetap Tampil Didepan Umum
Infotainment Akibat Kualitas Udara Jakarta Buruk, Chef Renatta Moeloek Penyakitnya Jadi Kambuh
Kesehatan Tips Kecilkan Pori-pori, Rutin Cuci Muka Itu Wajib!
Ide Times adalah Portal Media Online yang menyajikan Berita Terkini dan Terbaru seputar Informasi, News Update, Politik, Ekonomi, Humaniora dan Gaya Hidup.